Senin, 31 Oktober 2011

PENGARUH IKLIM TERHADAP TANAMAN BUAH-BUAHAN

BAB I
            Dalam dunia pertanian banyak sekali aspek-aspek penting yang harus diperhatikan supaya hasil pertanian bisa maksimal, diantaranya adalah tanah, pengendalian hama penyakit, faktor cuaca dan iklim, serta ketersediaan air tanah. Faktor penyebab rendahnya produktivitas buah-buahan, antara lain : kesuburan tanah rendah, kurang sinar matahari, iklim tidak cocok, pertumbuhan vegetatif yang dominan dan air tanah yang berlebihan (sukulen). Kekurangan sinar matahari dapat mempengaruhi terhambatnya pembungaan. Kekurangan cahaya matahari menyebabkan pohon tumbuhnya lebat dan dahan-dahan serta ranting-ranting terlalu rapat, sehingga bunga tidak muncul (Notodimedjo, 1997).
Iklim
            Iklim merupakan salah satu komponen ekosistem alam, sehingga kehidupan manusia sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim. Iklim muncul setelah berlangsung suatu proses fisik dan dinamis yang kompleks yang terjadi di atmosfer bumi. Belakangan ini isu tetang perubahan iklim semakin menghangat seiring dengan semakin seringnya terjadi cuaca ekstrim akibat anomali iklim. Salah satu anomali iklim yang sering berhubungan dengan cuaca ekstrim di Indonesia adalah Anomali El Nino dan La Nina. Salah satu cara untuk mendeteksi kejadian El Nino dan La Nina ini adalah dengan melihat Nilai SOI. Nilai SOI (Southern Oscillation Index) atau Indeks Osilasi Selatan merupakan nilai perbedaan antara tekanan atmosfer di atas permukaan laut di Tahiti (Pasifik timur) dengan tekanan atmosfer di Darwin (pasafik barat) akibat dari perbedaan temperatur pemukaan laut di kedua wilayah tersebut. Nilai SOI dapat dijadikan patokan terjadinya fenomena El Nino dan La Nina. Suatu keadaan dapat dikatakan telah terjadi El Nino apabila nilai SOI berada dalam posisi minus dalam jangka waktu lebih dari 6 bulan dan begitu sebaliknya untuk menyatakan telah terjadi kejadian La Nina. Semakin negatif nilai SOI berarti semakin kuat kejadian panas (warm event), sebaliknya semakin positif nilai SOI semakin kuat kejadian dingin (cold event).
            El-Nino adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan munculnya arus air laut yang panas dari waktu ke waktu di kawasan Laut Pasifik bagian timur equator sampai kawasan pantai Peru dan Ekuador. Istilah La-Nina merujuk kepada munculnya arus laut dingin (lebih dingin dari kondisi ratarata) di bagian tengah dan timur ekuator Laut Pasifik (kebalikan dari El-Nino).

Perubahan Iklim yang cepat efeknya pada tetumbuhan, diantaranya:
· Konsentrasi CO2 atmosfir meningkat
· Kenaikan suhu
· Kekacauan siklus hidrologi
· Konsentrasi O3 atau ozon troposfer naik.



BAB II
PEMBAHASAN
Pengaruh iklim terhadap tanaman buah-buahan
1.Curah Hujan

Hujan merupakan faktor penting dalam dunia pertanian, karena dari hujan ini dapa t menyediakan air di dalam tanah. Selain itu dengan mengetahui curah hujan dapat diketahui kapan waktu terbaik menanam bibit tanaman buah dan kapan waktu terbaik memanen buah sehingga didapat hasil yang maksimal dalam produksi buah baik dalam segi kualitas maupun kuantitas. Disamping itu dapat mendatangkan bencana bila terlalu besar. Dampak curah hujan yang terlalu besar adalah terjadinya pembusukan pada buah-buahan, rasa buah yang kurang manis karena kurangnya cahaya matahari yang diterima oleh tanaman dan air yang berlebihan sehingga komposisi buah didominasi oleh unsur air sedangkan unsur gula pada daging buah kurang. Oleh karenanya ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mempelajari curah hujan antara lain: jumlah curah hujan, hari hujan dan intensitas atau kekuatan tetesan hujan.
Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh dipermukaan tanah selama periode tertentu yang diukur dalam satuan tinggi diatas permukaan horisontal apabila tidak terjadi proses penghilangan oleh proses evaporasi, pengaliran dan peresapan. Tinggi air hujan pada bidang seluas 1m² berisi 1 liter atau 100 x 100 x 0,1 = 1 liter.

2.Kelembaban Udara
Kelembaban nisbi udara adalah nilai nisbi antara uap air yang terkandung dan daya kandung maksimum uap air di udara pada suhu dan tekanan tertentu, dinyatakan dalam persen. Kelembaban nisbi berubah dengan tempat dan waktu, menjelang tengah hari kelembaban nisbi berangsur turun kemudian pada siang hari sampai menjelang pagi kelembaban nisbi berubah besar.
Untuk buah jeruk daerah yang cocok ditanami adalah daerah yang memiliki kadar kelembaban udara rata-rata 70%-80% dalam satu tahunnya. Daerah yang mempunyai udara kering dan kadar kelembaban udaranya rata-rata hanya mencapai 38,5%, masih dapat ditanami jeruk dengan hasil yang cukup baik pula. Sebagian besar kadar kelembaban udara di Indonesia rata-rata 50%-85%, sehingga hal ini tidak akan menimbulkan kendala bagi mereka yang ingin mengembangkan tanaman jeruk secara besar-besaran. Keadaan kelembaban udara sangat berpengaruh besar terhadap kualitas buah jeruk.
Pengaruh yang dapat dirasakan dari kelembaban udara adalah:
1. Buah jeruk akan berkulit tipis                       
 2. Dagingnya halus
3. Air buahnya lebih banyak
4. Rasanya lebih segar
5. Aroma khas jeruk lebih kuat

Daerah–daerah yang mempunyai kadar kelembaban udara rendah dan laju penguapan air tanah melalui tanaman cukup kuat, ternyata tanaman jeruk masih dapat menghasilkan buah dengan baik, asalkan keadaan tanah cukup mengandung air
3.Suhu
Suhu udara dan tanah mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman. Setiap jenis tanaman mempunyai batas suhu minimum, optimum dan maksimum yang berbeda-beda untuk setiap tingkat pertumbuhannya. Suhu tinggi tidak mengkhawatirkan dibandingkan suhu rendah dalam menahan pertumbuahan tanaman asal persediaan air memadai dan tanaman dapat menyesuaikan terhadap daerah iklim. Dalam kondisi suhu yang sangat tinggi, pertumbuhan terhambat bahkan terhenti tanpa menghiraukan persediaan air, dan kemungkinan keguguran daun atau buah sebelum waktunya. Bencana terhadap tanaman pangan biasanya berasal dari keadaan kering yang sangat panas dan angin yang mempercepat penguapan dan mengakibatkan dehidrasi jaringan tanaman.
Suhu udara merupakan faktor lingkungan yang penting karena berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan berperan hampir pada semua proses pertumbuhan. Suhu udara merupakan faktor pentinga dalam menentukan tempat dan waktu penanaman yang cocok, bahkan suhu udara dapat juga sebagai faktor penentu dari pusat-pusat produksi tanaman, misalnya kentang di daerah bersuhu rendah sebaliknya padi di daereah bersuhu tinggi.
Suhu siang atau malam yang terbaik untuk keberhasilan pembentukan bunga dan buah adalah 21/16oC sampai 27/21oC.   Peningkatan suhu siang / malam sampai 38/32oC mengakibatkan seluruh bunga yang muncul menjadi rontok.   Perubahan suhu dari 38/32oC ke 16/10 oC  pada saat pembungaan membuat keberhasilan pembentukan buah mencapai 100 persen.

4.Ketersediaan air tanah
   Pembangunan sektor pertanian dewasa ini diarahkan untuk menuju pertanian yang efisien dan tangguh, mengingat kebutuhan hasil-hasil pertanian yang terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk. Pertanian lahan kering merupakan kegiatan budidaya yang banyak mengalami hambatan. Salah satu faktor penghambatnya adalah terbatasnya air. Kepas (1988) menyatakan bahwa, lahan kering merupakan sebidang tanah yang dapat dapat digunakan untuk usaha pertanian dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya hanya mengharapkan dari curah hujan. Lebih lanjut Suarna (1990) mengemukakan bahwa lahan kering dengan hanya 4-5 bulan basah dikategorikan cukup riskan untuk pengembangan palawija maupun untuk hortikultura, walau lahan tersebut potensial untuk pengembangan peternakan. Keberhasilan peningkatan produksi tanaman hortikultura di Indonesia tidak terlepas dari peran irigasi yang merupakan salah satu faktor produksi penting. Usaha untuk mencapai target produksi di satu sisi, dan teknologi tepat dan murah di sisi lain telah mendorong penggunaan air secara berlebihan tanpa mempertimbangkan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia. Teknologi di bidang irigasi merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya meningkatkan produksi pertanian, khususnya pada pertanian lahan kering. Oleh karena itu, sejalan dengan perkembangan dan kemajuan di bidang irigasi, maka 25 teknologi irigasi yang umum dilakukan oleh petani perlu disempurnakan berdasarkan penelitian dan pengkajian yang terbaru.
Irigasi tetes (Drip Irrigation) merupakan salah satu teknologi mutakhir dalam bidang irigasi yang telah berkembang hampir di seluruh dunia. Merit (1990) melaporkan bahwa irigasi tetes pada tanaman tomat memberikan keuntungan yang sangat nyata dimana disamping efisiensi penggunaan air dapat ditingkatkan, kualitas hasil tomat ternyata juga meningkat. Pada tanaman hortikultura jeruk, Grieve (1988) melaporkan bahwa dengan irigasi tetes produksi jeruk meningkat antara 30 – 40 % dan air irigasi dapat dihemat sampai lebih dari 50 %. Kecenderungan yang sama juga dilaporkan oleh Chalmers (1988) bahwa kesinambungan produksi buah peach dan pear dapat dipertahankan dengan mengatur defisit air di dalam tanah melalui irigasi tetes.
5.Angin
Angin secara tidak langsung mempunyai efek penting pada produksi tanaman pangan. Energi angin merupakan perantara dalam penyebaran tepung sari pada penyerbukan alamiah, tetapi angin juda dapat menyebarkan benih rumput liar dan melakukan penyerbuka silang yang tidak diinginkan. Angin yang terlalu kencang juga akan menggangu penyerbukan oleh serangga.
Angin dapat membantu dalam menyediakan karbon dioksida yang membantu pertumbuhan tanaman, selain itu juga mempengaruhi suhu dan kelembaban tanah. Namun pada saat musim kemarau di beberapa daerah di Indonesia bertiup angan fohn yang dapat merusak karena bersifat kering dan panas. Pada siang hari didaerah sekitar pantai, angin laut dapat menyebabkan masalah karena angin ini membawa butiran garam yang dapat merusak daun.
6. Fotoperiodisitas
            Fotoperiodisitas atau panjang hari didefinisikan sebagai panjang atau lamanya siang hari dihitung mulai dari matahari terbit sampai terbenam ditambah lamanya keadaan remang-remang (selang waktu sebelum matahari terbit atau setelah matahari terbenam pada saat matahari berada pada posisi 60 di bawah cakrawala).  Panjang hari tidak terpengaruh oleh keadaan awan seperti pada lama penyinaran yang bisa berkurang bila matahari tertutup awan, sedang panjang hari tetap.
            Panjang hari berubah beraturan sepanjang tahun sesuai dengan deklinasi matahari dan berbeda pada setiap tempat menurut garis lintang.  Pada daerah equator panjang hari sekitar 12 jam per harinya, semakin jauh dari equator panjang hari dapat lebih atau kurang sesuai dengan pergerakan matahari.  Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin lama tanaman mendapatkan pencahayaan matahari, semakin intensif proses fotosintesis, sehingga hasil akan tinggi.  Akan tetapi fenomena ini tidak sepenuhnya benar karena beberapa tanaman memerlukan lama penyinaran yang berbeda untuk mendorong fase pembungaan.  Fotoperiodisitas tidak hanya berpengaruh terhadap jumlah makanan yang dihasilkan oleh suatu tanaman, tetapi juga menentukan waktu pembungaan pada banyak tanaman. 
           Berdasarkan respon tanaman terhadap panjang hari (fotoperiodisme) maka tanaman dapat digolongkan menjadi tiga kelompok : a) Golongan tanaman hari panjang (long day plants), b) Tanaman hari pendek (short day plants) dan c). Tanaman hari netral (neutral day plants).
           Disamping itu dikenal pula panjang hari kritis yaitu panjang hari maksimum (untuk tanaman hari pendek) dan minimum (untuk tanaman hari panjang) dimana inisiasi pembungaan masih terjadi.  Panjang hari kritis berbeda-beda menurut jenis tanaman dan bahkan varietas.
           Apabila tanaman hari pendek ditumbuhkan pada hari panjang, akan menghasilkan banyak karbohidrat dan protein yang digunakan untuk perkembangan batang dan daun.  Oleh karenanya tanaman hari pendek yang ditumbuhkan pada hari panjang secara ekstrim akan tumbuh vegetatif, tidak mampu membentuk bunga dan buah.  Sebaliknya apabila tanaman hari panjang ditumbuhkan pada hari pendek akan menghasilkan sedikit karbohidrat dan protein sehingga pertumbuhan vegetatifnya lemah dan tidak berbunga.


BAB III
 PENUTUP
       Kesimpulan                         
Dari uraian diatas, dapat di simpulkan :
• Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang sangat dinamik dan sulit dikendalikan dan diduga terutama suhu, oleh karena itu pendekatan yang paling baik dalam rangka pembangunan pertanian adalah menyesuaikan sistem usahatani dengan keadaan iklim setempat.
• Faktor suhu mempunyai peranan yang sangat penting dalam perencanaan dan sistem produksi pertanian karena seluruh unsur iklim berpengaruh terhadap berbagai proses fisiologis, pertumbuhan dan produktivitas tanaman.

Saran
• Sebaiknya diperlukan koordinasi dan kerjasama yang baik antar instasi pengelola dan pengguna data iklim demi menunjang pembangunan pertanian secara keseluruhan.

• Pemerintah seharusnya melakukan peningkatan peralatan/stasiun informasi iklim untuk pengamatan serta penyediaan dan pembinaan SDM dalam meningkatkan mutu pengamatan dan kemampuan analisis, karena sangat terbatasnya informasi iklim yang efektif dan aplikatif (berdayaguna) untuk bidang atau kegiatan pertanian.
   
                                       Daftar Pustaka

AAK. 1994. Budidaya Tanaman Jeruk. Kanisius: Yogyakarta.

Effendy, Sobri. 2001. Urgensi Prediksi Cuaca Dan Iklim Di Bursa Komoditas Unggulan Pertanian. Makalah Falsafah Sains Program Pasca Sarjana/S3. Institut Pertanian Bogor. Bogor.